Menikahlah di masjid...

Tema ini mengemuka sebagai hasil diskusi malam sebelum tidur dengan isteri saya (saya biasa berdikusi dengan isteri sebelum tidur dengan tema apa saja ). Beranjak dari pemikiran ketika suatu saat, saya dan isteri mampir di sebuah masjid yang sangat indah namun terkesan kumuh dan tidak terawat. Ketika saya bertanya pada pengurus masjid yang kebetulan bisa saya jumpai pada saat telah selesai bersembahyang, mereka menjawab bahwa biaya pemeliharaan yang tinggi menjadi penyebabnya. Saya kejar lagi dengan pertanyaan bahwa ada kotak infaq masjid yang memungkinkan biaya pemeliharaan dapat diambilkan dari infaq tersebut, spontan bapak pengurus masjid tersebut mengatakan bahwa infaq yang didapat tidaklah seberapa. Sementara cat mengelupas, genting bocor, karbol, sikat atau pel-pelan juga harus didapat dengan harga yang lumayan tidak murah sekarang ini ??


Hmmm..kendala biaya . Masalah klasik namun tidak gampang juga memecahkannya. Namun malam itu, isteri saya berpendapat kenapa tidak memaksimalkan masjid sebagai fungsi sosial misalnya sebagai tempat untuk menikah?? Betul juga, pikir saya. Menurut isteri saya, bila kondisi masjidnya memungkinkan (seperti masjid Sunda Kelapa di Jakarta atau Masjid Kampus UGM), beberapa masjid menyediakan tempat di samping atau di lantai bawah untuk acara resepsi. Jadi setelah akad nikah selesai, dapat dilanjutkan dengan resepsi di areal yang sama. Namun bila masjidnya tidak menyediakan aula atau tempat untuk resepsi, akad nikah dapat dilakukan di ruang utama masjid dan resepsi dapat dilakukan di gedung lain atau kembali lagi ke rumah. Dari pemakaian ini, keluarga pengantin tentu tidaklah berkeberatan jika ditarik dana sosial untuk pemeliharaan masjid. Minimal uang yang didapat, bisa dimanfaatkan untuk menutup sebagian pemeliharaan masjid. Sementara dari sisi pengantin sendiri, atmosfer yang didapat juga akan lain bila hanya diadakan di rumah atau gedung. Suasana sakral dan syahdu akan lebih terasa bila diselenggarakan di masjid. Selain itu, insya allah, pahala juga akan mengiringi karena ikut menyumbang masjid. Bila setiap hari libur, masjid dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sosial seperti ini, tentu pemasukan buat masjid juga tidak sedikit bukan?


Saya melihat sudah beberapa masjid yang memanfaatkan hal ini. Bahkan, masjid besar Syuhada di kota Jogjakarta, sudah dapat memberikan paket pernikahan di masjid ini lengkap dari A sampai Z-nya. Dari MC, pembaca al quran sampai saritilawah, semua sudah disediakan oleh pihak masjid. Jadi, kenapa tidak menikah di masjid ?? Mari kita budayakan menikah di masjid bagi yang mampu... (tentunya bagi muslim yang belum menikah dan akan berencana menikah. Halo Mas Abe Poetra).


Note :
Jadi terinspirasi untuk sedikit mengubah syair lagunya Java Jive "Menikah"

"Oh..menikahlah di masjid...
Oh..bahagialah selama-lamanya.."

*halah*

9 comments:

sutrisno mahardika said...

di tempat saya, di Mataram, Alhamdulillah nikah biasanya dilakukan di masjid. :)

Harry Sufehmi said...

Anjuran yang baik sekali mas :) akur dan mendukung sekali. Toh di zaman Nabi saw memang masjid difungsikan sebagai pusat kegiatan masyarakat juga. Ini cuma salah satu implementasinya. Mudah-mudahan banyak yang mau meniru. Thanks.

(/me dulu juga menikah di mesjid)

Anonymous said...

nampaknya menarik juga dijadikan salah satu resolusi 2007; menikah di masjid!? :)

Anonymous said...

@ trisno
thanks mas, infonya

@ harry sufehmi
weh..kang harry akhirnya mampir juga. thanks mas komennya.

@dhika
undang ya mas dhika kalo nikah

Anonymous said...

setuju! tapi saya sdh menikah. bolehkah saya menikah lagi? di masjid tentunya. :D

Anonymous said...

Wah, wah.. Saya jadi ke-summon deh! Ehm, mas terimakasih sudah berbagi tapi saya dan keluarga sudah tetapkan menikah di rumah, dan tamu-tamu juga sudah diberitahu!

Hiks..

Anonymous said...

hmm ..... cuman kadang bingung, kalo misal acara nikahnya tabrakan dengan kegiatan lain di masjid itu gimana?
kadang, kalo masjidnya punya aula atau ruang2 lain (sampel saya alhurriyyah ipb), itu lbh baik lagi :-)

Anonymous said...

@ fernando
wah...pendukung poligami nih mas fernando.hehehehe..

@ abe
hehehehe..akhirnya muncul juga. wis gpp mas kalo dah terlanjur. sing penting sakinah ma waddah wa rohmah ya.

@ luthfi
alternatifnya, cari hari lain atau akad nikah di masjid, respesi di rumah atau di gedung. jadi kapan nikah mas luthfi?

M Fahmi Aulia said...

jika ndak salah, Rasululloh malah MELARANG merayakan acara2 di masjid..mungkin akad nikah di masjid, tapi resepsinya di halaman masjid?

*nanti dicari sumbernya dech...*

wah, mas Cahyo mo nikah keduanya di masjid ya??
*cekikikan...*

Disclaimer : Semua tulisan di blog ini adalah pendapat pribadi dan tidak mengatasnamakan siapa pun dan institusi mana pun

Designed by Posicionamiento Web