Berita dari Tabloid Otomotif

Hai,


Kalau anda sempat membeli
tabloid otomotif terbaru, ada laporan tentang maraknya ranjau paku terutama di kota Jakarta. Tema ini pernah saya bahas, sekitar 3 minggu sebelumnya di blog ini dengan judul : AWAS RANJAU PAKU , berdasar dari kejadian yang saya alami sendiri. Ternyata, tabloid otomotif menurunkan tulisan tentang tema tersebut di laporan utama mereka. Berikut ini cuplikannya :

---------------------------------------------------------------------------
RANJAU PAKU MAKIN MENGGILA



Hati-hati, jika Anda melewati jalan yang ramai dengan penambal ban tidak permanen. Maksudnya penambal ban yang memakai gerobak untuk menjalankan operasinya. Bukan apa-apa, ditengarai mereka menjadi ‘aktor’ penebar ranjau paku yang makin menggila di ibu kota.

PEMERASAN
Tambal ban nomaden ini, cirinya memakai gerobak terbuka (seperti gerobak dorong penjual minyak keliling) untuk menempatkan peralatan kerjanya. Alatnya meliputi kompresor, engkol-engkol, pencungkil ban, ban mentah (penambal ban) dan alat pres. Mereka biasanya bekerja sendiri.

Siang hari, mereka terlihat santai, karena memang ban bocor jarang terjadi. Makanya beberapa gerobak tampak sepi tanpa penghuni. Dimungkinkan jika siang hari aksi tebar paku mereka mudah diketahui pengguna jalan dan masyarakat sekitar. Mereka tidak ambil risiko, terjadi amuk massa.

“Pernah kompresor seseorang penambal ban dicemplungin ke kali Pesing, karena tiap lewat daerah situ ban bocor mulu,” tambah Budi, wong Kediri asli. “Semua tukang ojek di sepanjang Daan Mogot, ban motornya pasti tambalan semua,” kekeh Sunarso sesama ojeker.

Mereka baru aktif menjelang matahari terbenam. “Setiap jam 5 sore hingga 8 malam pasti ada saja orang yang nuntun motornya, tak hanya satu dua orang,” ujar Sunarso. Anehnya para biker sudah familier dengan keadaan ini. “Habis bagaimana lagi, kita tidak bisa menuduh kap Budi.

Tempat rawan incaran penambal ban berhati busuk ini, tersebar seantero Jakarta. Yang paling banyak adalah di jalan Daan Mogot mulai Jembatan Gantung hingga Cengkareng. Di sepanjang jalan tersebar para penambal ban ini. Di sini komunitas penambal ban ‘liar’ ini paling banyak. Setiap jarak 300-500 meter pasti ada. Kebanyakan mereka mangkal di halte-halte bus.

Tempat lain di sekitar Jln. Gatot Subroto antara Slipi hingga Grogol. Jalan TB Simatupang dekat jalan tol dan di wilayah Pulo Gebang hingga Klender, Otista di Jakarta Timur serta Casablanca di belakang Great River.
“Ban terkena paku yang ditancapkan di tripleks,” kesal Bowo, pemilik Grand ’93 yang terkena ranjau di sekitar PAM (Perusahaan Air Minum) Rawamangun. Yang bikin kesal karena ongkos tambal ban mencekik leher. Mereka pandai memanfaatkan situasi.

Seperti di Pulo Gebang, kebanyakan mereka beroperasi pagi hari antara jam 6 hingga 9 pagi. Sasarannya orang yang mau ngantor. “Karena terburu-buru mereka mau saja bayar tinggi,” kata Marley Sihotang, tukang ban ‘resmi’ yang menetap di dekat Pasar Minggu.

Padahal ongkos ban sekitar 3.500 rupiah, mereka bisa memukul hingga dua kali lipat. Belum lagi akal busuknya untuk merusak ban motor. Saat menarik ban dalam, paku yang menancap di ban tidak diambil

BAN
Pengendara mobil pun perlu waspada. Karena mereka tak pandang bulu lagi. Mungkin karena ketatnya persaingan
antarpenambal ban. Bahkan ranjau-ranjau khusus mobil pun diciptakan termasuk mengalahkan kesaktian ban tubeless.

Ranjau paling sederhana, paku sepanjang 5 cm serta paku sekrup (untuk pasang engsel pintu rumah). Tipe ini efektif untuk merusak ban dalam motor. Karena begitu menancap akan mentok ke pelek. Ranjau pemusnah ban tubeless juga telah ditemukan. Mereka memanfaatkan rangka payung yang dilancipi. Rangka payung ini bentuknya mirip dengan sedotan, sehingga jika menancap angin tetap saja bisa keluar.

TIPS MENGHINDARI RANJAU
Daerah-daerah rawan di atas memiliki jam operasi tersendiri. Pulo Gebang-Klender pagi hari, jam 6-9. Daan Mogot jam 5 sore – 9 malam. Otista, Slipi-Grogol setelah tengah malam.

“Sebaiknya ambil jalur kanan saja, meski macetnya seperti apapun,” saran Kardi, biker yang biasa lalu-lalang di Jln. Daan Mogot. Alasannya, meskipun paku disebar hingga tengah, tetapi karena arus kendaraan besar, ranjau-ranjau itu tersingkir ke sisi kiri jalan.
Untuk pengendara mobil jika memang keadaan darurat (dipepet kiri kanan), sebaiknya tetap saja melajukan mobil. “Saya gas terus sampai rumah meskipun dengan risiko harus ganti ban. Keselamatan lebih penting,” saran Dondy Hendrawan pengendara Katana ’90, korban lainnya.
“Segera saja cari pos polisi terdekat untuk minta bantuan, atau telepon saja ke 112, bebas pulsa” tambah Kadispen Polda Metro Jaya Anton Bachrul Alam. Polisi tak tinggal diam. “Kita lakukan patroli berlapis yang lebih intensif dan selalu ada petugas di daerah rawan, hindari jalan sepi” ujar Hendro Pandowo, Kadit Ranmor Polda Metro Jaya menenangkan.

TUBELESS PUN TAKLUK
Tentu bagi para pengendara mobil hendaknya lebih berhati-hati. Karena dicurigai ada modus operandi lain yang mengancam di balik ranjau ini. Utamanya curas (pencurian dengan kekerasan), yang dilakukan perampok. Biasanya dilakukan dua pengendara bermotor yang berboncengan.

Modusnya, salah satu pelaku memberi tahu pengemudi kalau bannya kempis. Setelah pengendara turun, pelaku lainnya masuk ke mobil dan membawa kabur mobil, seperti yang terjadi di Jln. TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Lebih sadis mereka nekat merampok pengendara mobil (Ring Road Kalideres-Cengkareng). Padahal terjadi siang bolong. “Motifnya adalah mengambil barang di dalam mobil, tetapi tidak membawa kabur mobil,” kata Alex Mandalika, Sesdispen Polda Metro Jaya. Ironisnya pelaku perampokan ini adalah remaja yang berumur 14-18 tahun.

lebih dahulu, akibatnya ban dalam rusak parah (robek). Setelah itu mereka bilang harus ganti baru alasannya tidak bisa ditambal, atau jika kenanya malam hari (pulang kerja), mereka belagu banget tidak mau menambal ban kempis, maunya ganti baru. Daripada dorong motor, biasanya korban menyetujui ganti ban anyar.
Jangan heran jika harga ban baru versi mereka melonjak hingga tiga kali lipat. Umumnya ban dalam dijual 8.500-9.000 rupiah, tetapi mereka bisa pasang harga hingga 25 ribu. “Mereka tidak mencari pelanggan, karena setelah itu yang punya motor pasti tak kan kembali,” tambah Sihotang.
Umumnya para penabur paku ini berpindah-pindah tempat, untuk menghilangkan jejak. Apalagi jika ada kamtib. Akibatnya, wilayah operasinya makin meluas akibat mobilitas mereka yang tinggi.


KASUS EDWIN
SI PENEBAR RANJAU

Edwin tersangka penabur ranjau di jalan TB Simatupang di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bak petani, pemuda ini menaburkan benih ranjau. Tak dinyana ulahnya ada yang memata-matai. “Ada orang yang curiga dan langsung mendekati tempat kejadian saat pelaku meninggalkan tempat, ternyata paku-paku baru,” kata Abdurrahman, saksi mata yang bekerja di toko oli dekat tempat tambal ban pelaku. Akibatnya Edwin babak belur dan nyaris dibakar kiosnya. Untung bisa diamankan kepolisian.

Padahal, jika dilihat tambal ban Edwin termasuk ‘resmi’ alias menetap. Menurut pengakuan Edwin – yang kini sudah pensiun - hal itu dilakukan karena disuruh juragannya. Untuk meningkatkan setoran tentunya. “Nahasnya si Bos tidak mengakui hal itu, malah Edwin ditelantarkan di Polsek Jagakarsa,” kata Abdur panggilan akrab Abdurrahman.
“Karena bukti dan saksi kurang kuat akhirnya dibebaskan,” ucap petugas dari Polres Jagakarsa yang tidak bersedia disebut namanya. Dengan Alasan diamankan (untuk) menenangkan warga, Edwin sempat mencicipi hotel prodeo selama 2x24 jam.

FM 911, RADIO REPORT AND ACTION
M 911 merupakan radio swasta pertama yang bekerja sama dengan Polda Metro Jaya, tujuannya memberikan pelayanan kepada masyarakat selama 24 jam. Sehingga kinerja polisi bisa terlihat langsung, misalkan berita perampokan, data kejadian, sampai penangkapan pelaku.

Seluruh personelnya, termasuk 10 penyiar, bukan polisi. “Mereka semua profesional di bidang broadcast,” terang AKBP Chuk Ngaderan, Kabag BIN Polda Metro Jaya. ‘Alat perangnya’ juga tak kalah mutakhir. Dari ruang kedap suara dan perangkat elektronik studio sama dengan yang digunakan stasiun radio senior Jakarta. “Tetapi kesediaan SDM-nya belum sebesar radio-radio lain. Kami baru mulai dan masih harus meningkatkan jumlah dan kualitasnya,” jelas Alex.

“Memang, masih seumur jagung,” tambahnya. Radio ini baru berdiri tanggal 1 Juli 2002, tepatnya saat HUT Bhayangkara. Dengan simbol Emergency Assistance, artinya 911 tak hanya memberikan program siaran berupa informasi lalu lintas, melainkan masyarakat yang merasa dirinya terancam boleh mengadukan masalahnya.
Mulai kehilangan harta benda, perampokan, pembunuhan, demo, tawuran, sampai penemuan mayat. Jadi “Radio ini ibarat nasi, jadi mau tak mau semua orang butuh saluran ini,” canda Aris Hadiwardoyo, General Manager 911 Suara Metro. Bahkan informasi pengurusan surat-surat kendaraan juga dilayani.

Tak hanya itu, masyarakat yang ketakutan akibat ban pecah pun ikut diurus. Caranya, telepon 112. Dari situ langsung disiarkan secara live di gelombang FM 91,1. Alhasil, patroli akan datang 15 menit kemudian. Apalagi, radio ini didukung oleh 1.000 mobil patroli. Maksudnya, terdiri atas armada 99 polsek, 8 patroli, patwal, polantas, serse serta lapisan masyarakat yang ikut terlibat melapor. “Anytime, kami melayani. Karena tujuan utama report and action,” jelas Budhie Soenarso, salah satu supervisor Radio FM 911. Sayangnya radio ini baru bisa menjangkau radius 2,5 km.
Perlu segera dibenahi, Pak!

*Nawita, Tommy, Mashim

---------------------------------------------------------------------------

Oleh sebab itu sodara-sodara, berhati-hatilah berkendara di Jakarta... ;-)
Waspadalah...waspadalah....


Tautan : Berita selengkapnya di tabloid otomotif

2 comments:

Anonymous said...

I think, that you are not right. I am assured. Write to me in PM, we will discuss.

rolandt said...

nice info...be carefull when you all at the road

Disclaimer : Semua tulisan di blog ini adalah pendapat pribadi dan tidak mengatasnamakan siapa pun dan institusi mana pun

Designed by Posicionamiento Web