Smack down : ciaaaaat..... !!!!


Melihat tayangan acara Smack Down yang rutin ditayangkan di stasiun televisi Lativi, menurut ukuran saya, sangatlah mencemaskan. Adegan kekerasan yang dipertontonkan atau dipertunjukkannya meski menurut sumber hanyalah kamuflase semata, namun apa yang terpapar di depan televisi, kesannya tetaplah mengerikan. Lawan dibanting, dipukul dengan kursi, dilempar keluar ring dsb, sungguh sangatlah mengerikan. Tayangan di televisi ini diperparah dengan adanya game di PS 2 yang juga memainkan Smack Down ini. Bagaimana jadinya bila tontonan dan game ini dilihat oleh anak yang masih di bawah umur dan tidak mengerti bahwa adegan itu tidaklah boleh ditiru???

Kekhawatiran saya terjadi. Keponakan saya yang baru kelas 3 SD, sering mempraktekkan adegan Smack Down yang sering dilihat di televisi ini pada adiknya. Tanpa kira-kira dan perhitungan lagi. Akibatnya adiknya ini sering menjadi korban kakaknya dan menangis dengan keras karena kesakitan. Bagi mereka, susah diberikan pengertian bahwa acara smack down di televisi hanyalah tipuan atau kamuflase belaka dan tidaklah boleh ditiru. Kekhawatiran saya ini juga dirasakan oleh salah seoarang pembaca Kompas yang menuliskannya di Redaksi Yth, Rabu 22/10/2006 kemarin. Berikut kutipannnya :

Bahaya Tayangan "Smack Down"

Anda tentu ingat tayangan salah satu stasiun TV swasta nasional (Paranoid) digugat oleh korbannya. Atau mainan pistol anak-anak yang banyak mencederai mata karena peluru plastik yang bertekanan tinggi. Dua contoh tersebut adalah karya yang sebenarnya berhasil memancing minat masyarakat, tetapi sekaligus berdampak nyata.

Isu terakhir adalah diharamkannya infotainment yang menyebar rahasia/aib pribadi para selebriti. Saat ini ada satu tayangan stasiun TV swasta nasional yang memancing minat pemirsa sangat tinggi, tetapi sekaligus membawa dampak nyata, yaitu Smack Down. Selain melihat Smack Down melalui tayangan TV dengan durasi dan frekuensi yang tinggi, anak-anak secara langsung juga memainkan tokoh-tokohnya lewat PlayStation. Apa yang terjadi?

Setiap saat kita melihat di depan mata, bagaimana anak-anak melakukan gerakan meniru adegan Smack Down ke teman mainnya di lingkungan rumah maupun sekolah. Hal itu sangat mengkhawatirkan karena gerakan yang ditiru dapat sangat mencederai, bahkan mematikan, misalnya mematahkan, memelintir, membanting, dan membenturkan bagian tubuh temannya.

Saya selalu mengingatkan anak-anak yang berbuat bahwa Smack Down di TV itu gerakan sandiwara sehingga pemainnya tidak cedera/mati. Namun, yang ditiru anak-anak adalah gerakan sungguhan yang sangat berbahaya.

Berlawanan dengan tayangan Fear Factor, misalnya, gerakan di TV sungguhan, tetapi selalu diingatkan untuk tidak meniru. Sudah berapa korban akibat anak-anak menirukan gerakan Smack Down, kita tidak tahu. Namun, kita berharap, justru sebelum banyak korban jatuh hendaknya semua pihak mempertimbangkan kelayakan tayangan acara tersebut. Minimal membatasi tayangan dan memberikan catatan agar tidak meniru.

Rian Ardiwibowo Jalan Flamboyan, Jakarta


Kekhawatiran saya dan rekan pembaca Kompas tersebut, malah sudah menimbulkan korban di Bandung Jawa Barat. Berikut petikannya :

Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa

Tubuh pria kekar itu dihiasi tato. Panggilannya, The Undertaker. Lawannya tak kalah kekar. Otot-otot menyembul di hampir seluruh bagian tubuhnya. Lelaki yang memiliki sebutan Triple H itu bergumul dengan si Undertaker.

Adu jotos, saling banting dilakukan kedua pegulat itu di atas ring. Tiba-tiba, tangan Undertaker menggenggam leher lawannya. Bak kapas, badan Triple H diangkat dengan satu tangan. Tak lama kemudian, tubuh Triple H dihempaskan ke atas kanvas ring. Penonton pun bersorak riang.

Kekerasan memang sarat dalam setiap adegan tayangan gulat luar negeri yang biasa disebut SmackDown itu. Bahkan, bisa dibilang, kekerasan yang dilakukan kerap bernuansa ekstrem. Sang lawan memang terlihat kesakitan. Tapi, dia tak apa-apa --tak ada tandu yang diperlukan untuk melarikannya ke rumah sakit. Tak jarang pula, beberapa alat seperti kursi, kayu, hingga palu juga digunakan oleh petarung untuk segera memenangkan pertandingan. Banyak penonton tidak menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan televisi untuk meraih rating tinggi.

Hal itu pula yang tidak disadari oleh Restu, Iyo, dan Ii, warga Kompleks Banda Asri, Desa Banda Asri, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Adegan-adegan dalam SmackDown itu oleh siswa-siwa SMP ini ditiru dan dipraktikkan.

Sebagai lawan, mereka memilih Reza Ikhsan Fadillah (9 tahun), tetangga mereka. Tubuh kecil siswa kelas III SD Cincin I itu mereka banting. Kepalanya dihujamkan ke atas lantai. Tangannya ditekuk, meski Reza mengaduh kesakitan.

''Karena menirukan adegan SmackDown, anak saya meninggal,'' kata Herman Suratman (53). Menurut Herman, satu pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu, Reza mengeluhkan tangan kirinya terasa sakit hingga sulit digerakkan. Tapi, Reza tidak mengaku penyebab sakit itu.

Tapi, selama satu pekan, rasa sakit itu semakin menjadi. Pada Rabu (25/10), satu hari setelah Idul Fitri, Herman melarikan anaknya ke Rumah Sakit Daerah (RSD) Soreang. Tapi, RSD Soreang mengaku tidak memiliki peralatan memadai.

Reza dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Dari hasil rontgen, diketahui tulang pangkal lengan kiri Reza terpisah. Urat di tangan kirinya pun diketahui terjepit tulang. Selain itu, Reza juga mengalami cedera di bagian dalam kepala.

Reza lalu dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sebelum dipindahkan ke ruang ICU RSHS. Selama sepekan hingga Kamis (2/11). ''Tapi, karena tidak sembuh juga, saya memaksa membawa Reza ke Cianjur, ke tukang urut tulang,'' ujar Herman.

Kondisi Reza mulai membaik. Tapi, itu tidak lama. beberapa hari kemudian, kondisi Reza kembali parah. Saat teman-teman Reza menengok ke rumah, Herman baru mengetahui bahwa penyebab sakitnya Reza adalah adegan SmackDown yang dipraktikkan Restu, Iyo, dan Ii.

Menurut Herman, ketiga anak itu sudah mengakuinya. Pada hari itu juga, Rabu (15/11), Herman langsung melaporkan ketiga anak itu ke polisi. Tapi, dia tak bisa terlalu memerhatikan hasil penyelidikan polisi. Pada Kamis (16/11), kondisi Reza bertambah parah. ''Reza meninggal dalam pangkuan saya,'' ujar pria ini dengan berlinang air mata.

Atas kejadian ini, Herman telah meminta kepada Ketua DPRD Kabupaten Bandung, Agus Yasmin, dan Bupati Bandung, Obar Sobarna, untuk menyurati Lativi, yang menayangkan tayangan SmackDown ini.

Dia mengaku enggan jika harus menuntut Lativi. Pasalnya, kalaupun gugatannya dimenangkan pengadilan, dia hanya memperoleh ganti rugi. ''Sedangkan yang saya khawatirkan, jangan sampai anak-anak yang lain mengalami nasib serupa seperti Reza,'' kata dia.

Trauma tak hanya dialami Herman. Para pengajar di SD Cincin I langsung melarang siswa didiknya untuk menirukan adegan-adegan SmackDown. ''Seruan itu kami sampaikan setiap pagi di setiap kelas,'' kata Kepala Sekolah Cincin I, Nendi Rohendi.

Untuk menghapus gambaran mengenai SmackDown, pihak sekolah juga merazia pedagang yang kerap menjual gambar-gambar yang ada sangkut pautnya dengan acara itu.

Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bandung, Denni Rukada, mengatakan, program acara SmackDown tidak layak ditayangkan lagi. Selain Reza, masih banyak anak-anak di Kabupaten Bandung yang menjadi korban. ''Hampir setiap dua hari sekali, tukang urut yang ahli membetulkan tulang, selalu mendapat pasien anak-anak. Mereka juga menjadi korban karena bermain SmackDown,'' ujar dia.

Selain menuntut tayangan SmackDown itu dihentikan, Denni juga meminta petugas kepolisian untuk menyita seluruh VCD ataupun DVD, serta CD playstation SmackDown.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat, Dadang Rahmat Hidayat, mengaku sudah memberikan surat teguran keras kepada Lativi. ''Kami akan berusaha lebih intensif lagi supaya tayangan ini dihentikan,'' ujar dia.

Menurut dia, secara substansi acara ini memperlihatkan tayangan yang sadis. Sedangkan secara isi, tayangan yang penuh dengan muatan entertainment ini ditayangkan pada pukul 21.00 WIB. Harusnya, kata dia, acara yang hanya layak ditonton orang dewasa, ditayangkan lebih malam lagi.

Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sinansari ecip, mengaku sudah mendengar perihal peristiwa menyedihkan itu. Untuk itulah, kata dia, KPI akan memanggil pihak Lativi pekan depan.

Merujuk pada Undang-Undang Penyiaran, Ecip menyatakan, tayangan SmackDown sebenarnya sudah melanggar pasal 36 tentang penayangan kekerasan di layar televisi. ''Dalam tayangan tersebut terlihat darah, aksi menendang, hingga menghantam lawan dengan kursi. Menurut saya semua itu sudah tergolong pada penayangan kekerasan secara terbuka di TV,'' paparnya.

Manajer Humas Lativi, Raldy Doy, belum mendengar rencana pemanggilan KPI. Namun, ia mengaku sudah mendengar kabar tewasnya bocah di Bandung yang diduga tewas terkait dengan tayangan SmackDown itu. Menurut dia, Lativi pun berencana mengecek kebenaran kabar tersebut. ''Kita akan melakukan investigasi bersama juga.''

Sementara itu berdasarkan keterangan tertulis melalui surat elektronik yang dikirimkan Raldy kepada Republika, tayangan SmackDown merupakan murni program hiburan. Selanjutnya lagi, layaknya film atau telenovela, SmackDown ini dilakukan sesuai skrip. Semua omongan dan gerakan, kata dia juga, berdasarkan skrip yang mesti dihafal. ''Sedangkan gerakan-gerakan 'kasar' yang diperlihatkan dilaksanakan terlebih dahulu oleh para profesional yang sudah berlatih lama.''

Kemudian juga, Raldy mengatakan, sebagai tindakan preventif agar adegan di SmackDown tidak diikuti maka host selalu menyampaikan agar jangan menirukan semua adegan di rumah. ''Begitu juga kami menampilkan running text serta logo 'Bimbingan Orang tua (BO)' agar orang tua selalu mendampingi anak-anaknya saat menonton tayangan ini,'' ujarnya.

(rfa/akb )

Menurut teori komunikasi yang pernah saya dapat di bangku kuliah dulu, apapun tayangan televisi yang dilihat oleh pemirsa, pasti memiliki dampak atau efek meskipun kecil.
Artinya, tayangan seperti Smack Down ini, pasti memberikan efek bagi pemirsanya sehingga harus segera dihentikan oleh pihak-pihak yang memiliki power untuk menghentikannya. Sebagai langkah preventif, anda dan orang tua yang memiliki anak kecil, matikanlah acara Smack Down ini dan jauhkanlah anak anda dari game seperti ini. Ataukah, kita harus menunggu korban lagi.... ???? :-(

Tautan :

  • http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=272629&kat_id=3
  • http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/22/opini/3107417.htm

9 comments:

Q said...

saya sudah nonton free style wrestling sejak kecil. Sejak jamannya masih WWF, Hulk Hogan masih muda, Mr. T masih aktif gulat. Dan tidak pernah membunuh teman saya tuh
...Karena orang tua saya selalu mengawasi saya.

hmm. hm.. susah emang, dikit dikit nyalain tivi
jangankan smackdown, power ranger juga kekerasan

hey, gua juga main DOOM lho waktu SMA ! dan guwa tidak nembakin teman teman gua !

Anonymous said...

InsyaAllah minggu depan siaran itu sudah dihentikan ama KPI, saya juga sudah ngirim pengaduan 3 hari yang lalu, kalo memang ingin tetap ditayangkan, mungkin jamnya yang dirubah!

Anonymous said...

setuju... stop tayangan kekerasan di televisi...

Anonymous said...

Klo ane sih gak peduli kualitas atau dampak acara tivi.Yang penting itu Rating sodara!!! Rating 1000x!!! Peduli amat nyawa orang lain !!! Peduli amat moral masyarakat !!! cuihhh... emang ane pikirin...

Ni acara favorit ane (maap aga OOT):
Peringkat 1 : Kuis SMS !!! bisa dibungkus acara kuis sms 'tengah malem' dengan pertanyaan yg super 'sukar',pencari bintang/penyanyi, sepakbola dll.

Peringkat 2 : Sinetron !!! kreatif bgt,bisa ngajarin anak kecil yg lugu jd super licik,crita 'masuk akal' bgt eh skrg malah 'DITIRU' drama2 Korea/Taiwan loh.

Peringkat 3 : Komedi Tengah Kasur eh Komedi Tengah Malam !!! Critanya???Lucunya???itu mah Nomer sekian...yg penting PAH* MUL**,DAD* MONT**,BAJU SEKS si.

Peringkat 4 : Musik Dangdut 'Modern'. Suara nomer sekian yg penting 'Goyang' bangg...ahhh..ahh ohh ohh,ini kan 'SENI' !!!

Ane bukan munafik,selain Peringkat 1 kadang2 ane ikutin. Peringkat 2 -> Liat artis muda yg cantik2, Peringkat 3&4 biar 'badan' jd 'hangat'.
AKAN TETAPI ::::::
Kata kakek ane : Sebelum memberi penilaian sesuatu tanyalah hati nurani anda2 yang pualing dalem mungkin sebenarnya anda tau itu bener apa salah.

Kenapa acara 'berkualitas' mendominasi perTIVIan kita???karna itu merupakan cermin masyarakat kita (tidak semua),rating tergantung penonton jg kan??jd emg gak 'semua' salah Tivi,Tivi cuma 'memicu'.

Buat 'q' Bener Pesen 'Iang' : Jgn menggunakan generalisasi,sangat berbahaya,masalah ini bukan matematika dimana nilai 1+1 pasti 2,klo aku gak punya dampak negatif berarti yg lain jg kagak.Anda boleh menyangkal tp jika anda bapak dari 'REZA' korban smackdown mungkin anda akan berubah pikiran.

Buat 'penanggung jawab' acara TV :
Tanggung Jawab anda tidak hanya sampai pada atasan atau perusahaan anda.

Wasdapalah Wasdapalah !!!!!

Anonymous said...

kenapa masih ada tayangan seprti ini??? di hapus saja.... ga cocok sama budaya kita

Anonymous said...

@ all

terlepas dari pro kontra, kemarin saya lihat berita di televisi, korban dari tayangan smack down ini bertambah lagi di yogya.

Anonymous said...

buat saya, kesalahan lativi adalah : mengulang-ulang acara tersebut nggak kira-kira ! sampe bosen ! hehehe.

kita ambil hikmahnya saja ...

Anonymous said...

Solusi Latipi :
* Jam Tayang Diundur jam 22.00
* Presenter selalu kasih pesan bla...bla..
* Sesi Iklan berisi pesan khusus untuk acara smackdown
* Minta partisipasi Orang Tua dan Guru.
Pertanyaanya....Efektifkahh???????

Poin Trakir Ni Yg "TOP" bgt.Coba sebutin 1 aja manfaat buat ortu dan Guru di seluruh indonesia dari smackdown !!!!! Kurang ajar bgt kan
Dah gak manfaat bikin kawatir&repot
semua Ortu & Guru pula.

Ternyata tumbal nyawa "seorang" anak & luka2 serius "anak2" belum cukup menggugah pihak LATIPI.

Dah tau banyak yg nentang,"banyak" korban dan efeknya negatif berbahaya kok gak dihentikan !!!!
Latipi >> Maap gak bisa karena ehmmehmm..masih terikat kontrak.

makan tuh kontrak !!!

Buat Penggemar SmackDown,maapin klo kata2 ane kurang berkenan.

Seneng apa punya adik2 yg Brutal,Sadis,SUka Bentak2,Bicara Kotor....Fuc** You !!!! kayak aku gini hua...ha...ha...

Daniel Rudy said...

mau sampai kapan juga , tayangan kekerasan pasti ada di televisi. maaf, mainan anak anak saja secara tidak langsung ada sekalipun tidak dimaksudkan untuk kekerasan. contohnya mainan pistol anak....

Disclaimer : Semua tulisan di blog ini adalah pendapat pribadi dan tidak mengatasnamakan siapa pun dan institusi mana pun

Designed by Posicionamiento Web