Advaya Fathin Satriya
Telah lahir anak laki-laki pertama kami,
Jakarta, 14 Februari 2007
Nurul Wibawa Cahya Buana (Cahyo)
2:58 PM | Labels: bayi | 31 Comments
Saatnya tebar tindakan nyata dengan berdonor bagi sesama
Tentu, kita semua tidak boleh berdiam diri melihatnya. Jargon 3 M : Membersihan,Menguras dan Menimbun harus terus dikampanyekan,terlebih pasca banjir ini. Bagi anda yang sudah pernah berdonor, kini saat yang tepat untuk membantu sesama. Sumbangkanlah darah anda bagi mereka yang membutuhkan. Hubungi PMI daerah terdekat. Bagi yang belum pernah sama sekali berdonor dengan berbagai macam alasan takut jarum suntik dan sejenisnya, buang jauh-jauh anggapan tersebut. Jujur saja, pertama kali saya mendonorkan darah, perasaan takut seperti itu ada. Wajar menurut saya kalau sampai terjadi demikian . Bahkan, sampai donor darah yang kedua bulan November 2006 kemarin ketika majalah Goodhousekeeping edisi Indonesia mengadakan donor darah massal dan saya mengikutinya, perasaan takut itu masih tetap saja ada dan sampai sekarang ini !!! Karena pada dasarnya, saya sangat takut sekali dengan jarum suntik (perawakan preman, keberanian gak sepadan. Hihihi...). Namun, niat untuk membantu sesama mengalahkan rasa takut saya. Bahagia tidak terkira bila saya dapat membantu sesama dengan menyelamatkan nyawa seseorang dengan darah yang saya berikan (tentu, dengan ridho dari-Nya).
Saya tidak mau dibilang NATO (Not Action Talk Only). Saya pun akan berdonor langsung bagi anda keluarga pasien penderita DBD atau korban banjir yang membutuhkan dengan domisili di Jabotabek terutama yagn sangat membutuhkan darah sekarang ini. Golongan Darah saya O dengan rhesus positif. Gaya hidup saya sangat sehat dan alhamdulillah tidak mempunyai penyakit yang serius seperti AIDS dan sejenisnya. Tidak merokok, olahraga seminggu 2 kali, tidur dan makan cukup. Berhubung darah yang akan saya sumbangkan GRATIS ini hanya terbatas, (tentu, tidak semua darah yang ada di dalam tubuh saya akan disedot bukan?) saya akan memberikan kepada anda yang pertama kali menghubungi email kepada saya untuk pertama kalinya (lihat box email di kanan tulisan ini). First request, first serve. Oya, supaya tidak jatuh ke tangan pendekar berwatak jahat calo darah, anda harus dapat meyakinkan saya bahwa anda adalah keluarga pasien dan bukannya calo. Terserah bagaimana caranya. Yang jelas, saya siap untuk diambil darahnya, kapan saja. Untuk koordinasi selanjutnya, kita bicarakan secara pribadi melalui email atau melalui telepon nanti.
Keinginan saya yang utama adalah benar-benar murni untuk membantu sesama dan mudah-mudahan dengan cara ini, saya dapat menambah persaudaraan dengan keluarga pasien yang membutuhkan terutama.
Jadi, kapan anda mulai mendonorkan darah anda untuk membantu sesama?
Foto :
website dinkes dki
8:46 AM | Labels: sosial politik | 10 Comments
Indahnya hidup di Jakarta (Bagian 2 - Habis)
Setelah melihat kantor sepi, saya putuskan untuk melihat ruangan saya dulu sebentar, apakah turut menjadi korban akibat keganasan banjir, Jumat kemarin, 2/02/2007. Sekalian buka internet, browsing atau blogwalking. Dari pemantauan sekilas, ruangan saya sih tidak ada masalah karena terletak di lantai 2. Akses internet mati rupanya karena server di kantor juga mati. Ternyata, IT support di kantor saya tidak masuk karena jalan keluar di rumahnya di daerah Tangerang, banjir. Saya lihat, jam sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Setelah saya pertimbangkan beberapa saat, akhirnya saya berkemas sekalian pulang saja setelah sholat Jumat. Tidak ada yang bisa saya lakukan di kantor. Sementara itu, banyak juga rekan kerja yang tidak masuk dan beberapa orang memutuskan juga pulang ke rumah siang itu lebih cepat dari biasanya.
Sebenarnya rencana siang itu, sholat Jumat di dekat kantor seperti biasanya. Namun, dari informasi rekan yang tinggal di dekat masjid kantor, masjid tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi karena dipakai untuk parkir sepeda motor (kebetulan, lokasi masjid dekat kantor di tempat yang tinggi setelah ditimbun dengan tanah tahun lalu). Terpaksa, cari masjid lain sekitarnya. Namun, saya ingat ada keperluan transaksi di ATM BCA. Saya putuskan sekalian saja ke Mal Citraland untuk sholat Jumat
Sampai di mal, segera saya cari tempat parkir lantai 4 yang biasa dipakai untuk sholat Jumat. Ternyata, sholat belum dimulai karena masih sedikitnya jamaan yang datang (tidak seperti biasanya yang penuh sesak). Setelah kira-kira banyak, sholat pun segera dimulai. Tema sholatnya ternyata sama dengan tema tempat sholat Pak Budi Rahardjo, yakni tentang perlunya bersyukur dan introspeksi diri atas banyaknya musibah yang mendera bangsa ini. Lho kok bisa sama ya ? :-D
Celingukan sana-sini, banyak orang bergerombol di mulut jalan yang menggenang. Ternyata mereka sedang membetulkan motor yang mogok karena nekat melawan banjir. Jumlahnya pun banyak. Sementara, motor yang mau menerjang banjir, saya lihat juga cukup banyak. Mobil pun, sami mawon. Tapi mereka melambatkan jalannya kendaran dan mencari jalan di pinggiran yang genangannya tidak terlalu tinggi. Hal ini yang menyebabkan macet dan semrawutnya lalu lintas.
Perjalanan dimulai. Saya cari jalan yang genangan airnya tidak terlalu tinggi. Kebetulan di depan Mal Citraland Grogol ini, terdapat air menggenang. Kira-kira ½ lutut. Tak apalah. Toh, tidak setiap hari. Sambil berjalan, saya jepret sana dan jeperet sini. Berikut foto-foto banjir di sekitar Citraland yang berhasil saya ambil :
Setelah dirasa cukup mengambil foto di sana-sini sekitar mal Citraland, perjalanan saya lanjutkan kembali menuju Mal Taman Anggrek. Di sepanjang perjalanan, saya lihat banyak wajah-wajah kuyu dan capek yang berjalan seperti saya. Nampaknya mereka korban banjir. Ada juga beberapa orang yang nampak seperti orang kantoran, ikut berjalan seperti saya. Sempat dari mereka bertanya ke saya, kalau mau ke Tanjung Priok pakai bis apa? Halah, daerah itu kan parah banget banjirnya.
Perjalanan saya lanjutkan ke Harmoni. Di tengah jalan, banyak orang yang mengungsi dengan membawa koper-koper besar seperti ini :
11:43 AM | Labels: perjalanan | 4 Comments
Indahnya hidup di Jakarta (Bagian 1)
Tepat pukul 06.45 WIB, saya keluar dari rumah menuju halte Galur Jakarta Pusat. Perjalanan lancar. Tidak ada hambatan yang berarti. Setengah jam kemudian, busway yang saya pakai sudah tiba di halte Central Harmoni. Di sinilah saya harus berganti atau transfer jalur ke koridor dua yang menuju ke kantor. Bergegas saya pindah menuju ke antrian busway koridor 2 yang menuju Kalideres. Alamak !!! antriannya sudah 200 meter lebih. Duh, gimana nih. Naik bis biasa atau tetap ikut antrian panjang ini. Salah seorang penumpang menyarankan tetap saja ikut antrian tersebut karena bis biasa sedikit yang jalan karena banjir. Akhirnya, saya ikuti antrian busway yang panjang tersebut.
Mula-mula bis berjalan lancar. Namun begitu memasuki Jl. Tomang Raya, antrian sangat panjang. Jalan macet total rupanya. Waduh…ada apa nih. Ternyata banjir besar menggenangi jalan. Tingginya setinggi ban bis besar. Saya lihat dari dalam bis, tanggul di sepanjang Banjir Kanal Barat ternyata jebol dan tumpah ke rumah dan jalan, termasuk ke Jalan Tomang Raya yang saya lewati pagi kemarin. Melihat tingginya air yang menggenangi jalanan, otomatis mobil-mobil pribadi dan motor pada ngeper dan langsung putar arah. Inilah yang menyebabkan semrawut dan macet yang sangat panjang. Dari dalam Bis Transjakarta, saya sempat memotret ketinggian banjir di Jl. Tomang Raya ini dengan kamera HP Sony Ericsson K 510i sbb :
Satu lagi ini :
Saya lihat, jarum jam menunjukkan pukul 07.45 WIB. Bis hanya bisa merayap pelan sepanjang jalan Tomang Raya karena jalur khusus busway juga dipakai oleh bis umum biasa (non busway) dan mobil pribadi yang nekat menerobos banjir. Kadang-kadang malah berhenti lama. Alhasil, jarak dari Jl. Tomang Raya ke Fly Over Tomang (kira-kira sekitar 1 km), ditempuh dalam waktu 1 jam. Sampai di Fly Over Tomang, bis berhenti total selama sekitar 3/4 jam. Dari dalam bis, saya lihat banyak penumpang bis biasa turun di Fly Over ini. Nampaknya mereka tidak sabar dan kelihatan kegerahan karena bis tidak ber-AC. Sementara, para penumpang busway yang sudah tidak sabar, juga ikut turun, meski tidak di halte. Sopir bisnya juga tanggap. Mereka memperbolehkan penumpangnya turun, meski tidak di halte. Supaya tidak melompat dari pintu tengah yang biasa dibuka ketika di halte, sopir membukakan pintu bagian depan. Suasana agak lega. Para penumpang yang tidak turun, memilih tidur karena kebetulan bisnya dilengkapi dengan AC yang sangat dingin. Suasananya, seperti ini :
Saya sendiri, memilih mengobrol dengan teman kanan kiri saya sepanjang terjebak macet tersebut.
Bis masih merayap perlahan. Begitu masuk ke jalur busway di depan Mal Taman Anggrek, lagi-lagi di depan dan di belakang bis Transjakarta yang saya tumpangi ini, sudah ada mobil pribadi dan bis biasa yang masuk ke jalur busway. Fotonya seperti ini :
Lagi-lagi, saya harus menunggu lama di jalur jalan ini. Sementara, jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.45 WIB (hihihi..sudah pasti teerlambat datang di kantor). Pelan tapi pasti, bis berjalan menuju halte selanjutnya yaitu halte Grogol. Ternyata di depan Citraland juga banjir !!!. Tingginya kira-kira sama dengan yang di Jl. Tomang Raya sebelumnya. Berikut foto-fotonya.
dan ini :
Saya lihat, jarum jam menunjukkan pukul 11.45 WIB. Gila !!, berarti perjalanan yang biasanya saya tempuh dengan naik motor hanya setengah jam, sekarang ini saya tempuh empat jam lebih. Perjalanan terlama selama ke kantor selama 6 tahun tinggal di Jakarta !!. Saya pun bergegas menuju kantor. Halah, kantor kok sepi?? Hanya ada beberapa orang saja yang kelihatan. Sialan, ternyata banyak yang nggak masuk hari ini gara-gara banjir. Big Bos saya pun ternyata juga tidak masuk. Tahu gitu, saya juga tidak masuk juga. Huh !!! (-bersambung-)
7:44 AM | Labels: perjalanan | 45 Comments